ABSTRAK
PEMILIHAN STRUKTUR
PONDASI PADA GEDUNG PABRIK ELEMEN BAHAN BAKAR NUKLIR. Struktur bangunan pabrik elemen
bahan bakar nuklir mempunyai beban yang cukup besar. Untuk itu diperlukan
analisa pemilihan jenis pondasi yang tepat sebagai penopang bangunan untuk berbagai kondisi tanah berbeda yang terdapat di dua lokasi, lokasi pertama didekat PLTN Jepara dan lokasi kedua di kawasan BATAN Serpong. Diharapkan dengan mengetahui kondisi tanah lokasi, kita
dapat menentukan jenis pondasi yang akan digunakan berdasarkan criteria persyaratan bangunan gedung.
Kata kunci : gedung elemen bahan bakar nuklir,
pondasi, lokasi.
ABSTRACT
ELECTORAL STRUCTURE OF BUILDING FOUNDATIONS
IN NUCLEAR FUEL ELEMENT PLANT. Plant structures of nuclear fuel elements have a substantial
burden. This requires analysis of the selection of the proper foundation for building support for
a variety of different soil conditions found
in two locations, first at a location near
the nuclear power plant in
Jepara and the
second location BATAN Serpong area. Expected
to know the location
of soil conditions, we can determined the type of foundation that will be used based on the criteria requirements of the building.
Key words: nuclear fuel element building, foundation, location
I. PENDAHULUAN
Untuk memenuhi kebutuhan
PLTN direncanakan akan dibangun pabrik elemen bahan bakar nuklir. Alternatif
lokasi yang akan digunakan untuk pembangunan gedung tersebut ada 2 yaitu di
Serpong atau Jepara.
Klasifikasi
bangunan gedung instalasi nuklir dikatagorikan
dalam beberapa kelas berdasarkan kriteria dan spesifikasi menurut fungsi/
kegunaannya dan tingkat keselamatan dari instalasi tersebut. Untuk kategori
bangunan nuklir kelas satu disyaratkan bahwa factor keselamatan bangunan gedung
sangat mutlak dengan spesifikasi khusus tahan gempa untuk menjaga kesetabilan
gedung agar tidak terjadi kecelakaan bahaya radiasi nuklir , seperti PLTN .
Gedung pabrik elemen bahan
bakar nuklir ini dibangun dengan 3 lantai dengan luas setiap lantainya 48 m x 106 m. Gedung ini termasuk dalam katagori bangunan nuklir
kelas satu.
Pada tulisan ini akan dibahas
beberapa jenis pondasi yang dapat digunakan untuk masing-masing lokasi dilihat
dari untung dan ruginya.
II. II. TEORI
Pondasi merupakan bagian
paling bawah dari suatu konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menyalurkan
beban langsung dari struktur bangunan tersebut ke lapisan tanah dibawahnya.
Ada beberapa jenis
pondasi yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.
A. Pondasi Dangkal.
Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung beban
secara langsung. Contoh pondasi dangkal :
- Pondasi tapak
- Pondasi menerus
- Pondasi rakit
B. Pondasi Dalam.
Adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah
keras atau lapisan batu.
- Pier Foundation (Pondasi sumur)
- Pile Foundation (Tiang Pancang)
- Bored Pile
Karena beban yang ditanggung cukup
berat dan kondisi tanah yang tidak memungkinkan menggunakan pondasi dangkal,
maka pada makalah ini selanjutnya hanya akan membahas tentang jenis jenis
pondasi dalam.
II.1. Tiang Pancang
Beton bertulang atau reinforced concrete terdiri dari beton dan baja yang mempunyai
ikatan kuat sehingga membentuk komposit. Dimana beton mempunyai kekuatan yang
besar dalam menahan gaya tekan (compression)
namun lemah dalam menahan gaya tarik. Bagian beton yang menahan gaya tarik akan
diperkuat atau ditahan oleh baja tulangan.
II.1.1. Tiang Pancang Beton
Precast Renforced Concrete Pile
Adalah tiang pancang
dari beton bertulang yang dicetak dan dicor dalam bekisting. Setelah cukup kuat
dipancangkan ke dalam tanah. Karena tegangan tarik beton kecil dan dianggap
nol, sedangkan berat sendiri besar, maka tiang pancang beton ini haruslah diberi
penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang timbul pada saat
pemancangan.
A. Keuntungannya
- Precast reinforced concrete pile mempunyai tegangan tekan yang besar.
- Tiang pancang dapat dihitung baik sebagai end bearing pile maupun friction pile.
- Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air tanah
seperti tiang pancang kayu tetapi disini tidak memerlukan galian tanah yang
banyak untuk poernya.
- Tiang pancang beton dapat tahan lama serta tahan terhadap pengaruh air
maupun bahan-bahan yang corrosive dimana beton dekkingnya cukup tebal untuk
melindungi tulangannya.
B. Kerugiannya
- Karena berat sendirinya cukup besar maka Precast reinforced concrete pile
dibuat dilokasi pekerjaan sehingga tidak memerlukan biaya transportasi yang
sangat mahal.
- Tiang pancang ini dapat dipancangkan setelah tiang cukup keras jadi
memerlukan waktu yang cukup lama.
- Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan sulit dan
memerlukan waktu yang lama.
- Panjang tiang pancang ini tergantung dari alat pancang (pile driving) yang
tersedia maka untuk melakukan penyambungan memerlukan alat penyambung khusus.
II.1.2. Precast Prestress Concrete
Pile Precast prestress concrete pile adalah tiang pancang dari beton prategang yang menggunakan baja penguat
dan kabel kawat sebagai gaya prategang.
A. Keuntungannya.
- Kapasitas beban pondasi yang dapat dipikul cukup besar.
- Tiang pancang tahan terhadap karat.
- Kemungkinan terjadinya pemancangan keras dapat terwujud.
B. Kerugiannya
- Pondasi tiang pancang ini cukup sulit pengerjaannya.
- Biaya pembuatannya cukup tinggi.
- Pergeserannya cukup besar sehingga prategang sukar untuk disambung.
II.1.3. Cast in Place Pile
Pondasi tiang pancang
tipe ini adalah pondasi yang dicetak ditempat dengan membuat lubang atau
mengebor tanah terlebih dahulu.
A. Keuntungannya.
- Pembuatan pile tidak menghambat pekerjaan.
- Tiang pancang ini tidak perlu diangkat jadi tidak ada resiko rusak dalam pengangkutan.
- Panjang pile dapat disesuaikan dengan kondisi lapangan.
B. Kerugiannya
- Pada saat penggalian lubang kondisi sekeliling galian menjadi kotor akibat
tanah yang terangkat dari hasil pengeboran..
- Pelaksanaannya memerlukan peralatan yang khusus.
- Banyaknya beton yang dicor tidak dapat dikontrol/ diduga sebelumnya, karena
disesuaikan dengan kedalaman hasil pengeboran dan kondisi lapangan.
II.1.4. Tiang Pancang Baja
Jenis
tiang baja yang digunakan biasanya menggunakan baja profil H. Kekuatan tiang
baja sangat besar sehingga tidak menimbulkan bahaya patah seperti jika
menggunakan tiang beton.Tiang pancang ini sangat bermanfaat jika dibutuhkan
tiang pancang yang panjang dengan tahanan ujung yang besar.
A. Keuntungannya
- Tiang pancang baja mudah dalam hal penyambungan.
- Tiang pancang baja mempunyai kapasitas daya dukung yang tinggi.
- Dalam pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah.
B. Kerugiannya
- Tiang baja ini mudah mengalami korosi.
- Pada saat tiang menembus lapisan tanah keras atau lapisan tanah yang
mengandung batuan akan mengalami kerusakan yang cukup besar, sehingga
diperlukan perkuatan pada ujung tiang.
II.1.5. Tiang Pancang Komposit
Adalah tiang pancang
yang terdiri dari 2 jenis bahan yang berbeda bekerja bersama-sama sehingga
merupakan satu kesatuan. Ada beberapa macam tiang pancang komposit misalkan:
- Water Proofed Steel and Wood Pile.
Pile ini pada bagian bawahnya yang berada di bawah muka
air tanah terdiri dari bahan kayu sedangkan bagian atasnya terbuat dari beton.
- Compisite Dropped in Shell and Wood
Pile.
Tipe pile ini hampir sama dengan diatas hanya pada pile
ini menggunakan shell yang terbuat dari bahan logam tipis.
- Composite Ungased Concrete and Wood
Pile.
Pile ini digunakan jika tanah keras sangat dalam sehingga
tidak memungkinkan untuk menggunakan cast in place concrete pile juga jika
menggunakan precast concrete pile akan terlalu panjang sehingga akan sulit
dalam pengangkutan dan biayanya juga akan lebih besar. Atau jika kondisi muka
air tanah terendah sangat dalam sehingga apabila kita menggunakan tiang pancang
kayu akan memerlukan galian yang sangat dalam agar tiang pancang tersebut
selalu di bawah muka air terendah.
- Composite Dropped shell and Pipe
Pile.
Pile ini digunakan jika lapisan tanah keras terlalu dalam
letaknya untuk cast in place concrete pile atau apabila letak muka air terendah
sangat dalam bila menggunakan tiang komposit yang bagian bawahnya dari kayu.
II.1.6. Tiang Pancang berdasarkan cara
penyaluran beban yang diterima
A. End Bearing
Pondasi Tiang dengan Tahanan ujung
Tiang ini akan meneruskan beban pile melalui tahanan
ujung tiang ke lapisan tanah pendukung.
Tanah lunak
tiang
Δo o oΔ o oΔ
Δo o oΔ o oΔ
tanah keras
Gambar 1: Gambar End
Bearing
B. Friction Pile
Tiang Pancang dengan Tahanan Gesekan
Jenis tiang pancang ini akan meneruskan beban ke tanah
melalui gesekan antara tiang dengan tanah disekelilingnya. Bila butiran tanah
sangat halus tidak menyebabkan tanah diantara tiang-tiang menjadi padat,
sedangkan bila butiran tanah kasar maka tanah diantara tiang semakin padat.
Δ.....Δ....Δ.... ....Δ....Δ.....Δ...
Tanah ....Δ....Δ.....Δ...
Berbutir kasar
....Δ....Δ.....Δ...
tiang
....Δ....Δ.....Δ... ....Δ....Δ.....Δ...
....Δ....Δ.....Δ... ....Δ....Δ.....Δ...
Gambar 2: Gambar Friction
Pile
C. Adhesive Pile
Tiang Pancang dengan Tahanan Lekatan.
Tiang ini dipancang pada dasar tanah yang memiliki nilai kohesi tinggi.
Beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh lekatan antara tanah disekitar
tiang dan permukaan tiang.
Tanah
kohesif tinggi
tiang
Gambar 3: Gambar Adhesive
pile
II.2. Bored Pile
II.2.1.Material
bored pile terdiri dari :
a.
Beton :
·
Cement Portland type 1.
·
Aggregate kasar dari batu
pecah / crushed stone ukuran 1 - 2 cm dan 2 - 3 cm.[2]
·
Aggregate halus / pasir
ukuran 0,1 - 4 mm dan bergradasi baik.[2]
Pencampurannya
diaduk memakai mixer dengan perbandingan volume 1:2:3 atau disesuaikan dengan
hasil trial mix dari laboratorium disarankan
memakai beton readymix . [3]
b.
Baja Tulangan :
·
Untuk tulangan pokok
biasanya digunakan besi ulir BJTD 30 – 40.
·
Untuk spiral / sengkang
biasanya digunakan besi polos BJTD 24 atau tergantung kebutuhan struktur
bangunan diatasnya.
c.
Air :
· Air yang digunakan adalah air bersih sesuai ketentuan Peraturan Beton
Indonesia .[1]
d.
Alat Pengaduk Beton :
·
Untuk beton digunakan beton
ready mix atau beton site mix. Pengadukan beton,site mix menggunakan mixer
beton kapasitas minimal 0,125 M3 sekali aduk yang digerakkan dengan mesin
diesel / elektromotor.[3]
·
Alat takar campuran beton
dibuat dari kotak kayu / besi plat dengan volume sesuai kebutuhan untuk
campuran 1 zak semen.[3]
·
Adukan dari mixer beton
dituangkan kedalam bak penampung beton yang terbuat dari papan yang kedap air
dengan ukuran 1 x 2 x 0,30 cm. Dari bak penampung beton ini, adukan beton
diisikan ke corong tremi dengan menggunakan sekop / ember cor.[3]
II.2.2.
Pengeboran :
·
sistem
dry drilling : tanah dibor dengan menggunakan mata
bor spiral dan diangkat setiap interval kedalaman 0,5 meter. Hal ini dilakukan
berulang-ulang sampai kedalaman yang ditentukan.
·
sistem
wash boring : tanah dikikis dengan menggunakan mata bor cross bit yang mempunyai
kecepatan putar 375 rpm dan tekanan +/- 200 kg. Pengikisan tanah dibantu dengan
tiupan air lewat lubang stang bor yang dihasilkan pompa sentrifugal 3″. Hal ini
menyebabkan tanah yang terkikis terdorong keluar dari lubang bor.
Setelah
mencapai kedalaman rencana, pengeboran dihentikan, sementara mata bor dibiarkan
berputar tetapi beban penekanan dihentikan dan air sirkulasi tetap berlangsung
terus sampai cutting atau serpihan tanah betul-betul terangkat seluruhnya.
Selama pembersihan ini berlangsung, baja tulangan dan pipa tremi sudah
disiapkan di dekat lubang bor.
Setelah
cukup bersih, stang bor diangkat dari lubang bor. Dengan bersihnya lubang bor
diharapkan hasil pengecoran akan baik hasilnya.
II.2.3.
Pemasangan kerangka Baja Tulangan dan Pipa Tremie.
·
Kerangka baja tulangan yang
telah dirakit diangkat dengan bantuan diesel winch dalam posisi tegak lurus
terhadap lubang bor dan diturunkan dengan hati-hati agar tidak terjadi banyak
singgungan dengan lubang bor.
·
Baja tulangan yang telah
dimasukan dalam lubang bor ditahan dengan potongan tulangan melintang lubang
bor. Apabila kebutuhan baja tulangan lebih dari 12 meter bisa dilakukan
penyambungan dengan diikat kawat beton dengan panjang overlap 30 - 40 D atau
dengan cara las.
·
Setelah rangka baja tulangan
terpasang, pipa tremi disambung dan dimasukkan kedalam lubang dengan panjang
sesuai kedalaman lubang bor.
·
Apabila pada waktu
pemasangan baja tulangan terjadi singgungan dan terjadi keruntuhan di dalam
lubang bor, maka diperlukan pembersihan ulang dengan memasang head kombinasi
diameter 6″ ke diameter 2″. Dengan memompakan air kedalam stang bor dan pipa
tremi, maka runtuhan-runtuhan dan tanah yang menempel pada besi tulangan dapat
dibersihkan kembali.
III. METODOLOGI
III.1. Metode Pemilihan
Pondasi
Untuk menahan beban bangunan yang berat (lebih dari satu lantai) dan
beban gempa yang ditahan dengan klasifikasi bangunan kelas satu seperti pabrik Elemen
Bahan Bakar Nuklir tentunya diperlukan pondasi yang kokoh.
Apabila
kondisi tanah di permukaan tidak mampu menahan bangunan tersebut, maka beban
bangunan harus diteruskan ke lapisan tanah keras di bawahnya. Untuk itu sering
dipakai konstruksi pondasi dalam berupa tiang pancang atau bored pile.
Pondasi
tiang pancang sering dipakai pada lahan yang masih luas dan kosong, dimana
getaran yang ditimbulkan pada saat aktifitas pemancangan berlangsung tidak mengganggu
lingkungan sekitarnya. Namun jika bangunan tersebut didirikan di lokasi yang
telah padat penduduknya, maka getaran yang ditimbulkan akan menimbulkan masalah
karena sangat mengganggu dan dapat merusak bangunan di sekitarnya. Dalam hal
ini pemakaian pondasi bored pile merupakan pilihan pondasi yang tepat.
III.2. Metode Persiapan
Tahapan perhitungan pondasi dimulai dengan perhitungan
pembebanan, penentuan dimensi tiang, perhitungan daya dukung tiang, perhitungan
jumlah tiang pondasi, penentuan dimensi dan penulangan pile cap. [4]
Dalam
menentukan perencanaan pondasi suatu bangunan ada 2 hal yang harus
diperhatikan:
-
Daya dukung tanah
-
Besarnya penurunan pondasi
Kedua faktor ini menentukan stabilitas bangunan. [5]
Tegangan akibat adanya
bangunan di atas harus mampu dipikul oleh lapisan tanah di bawah pondasi dan harus
aman dari keruntuhan. Besarnya penurunan pondasi bangunan tidak boleh melebihi
yang diizinkan.
III.2.1. Daya Dukung
Tanah
Daya dukung pondasi merupakan
penggabungan dua kekuatan daya dukung, ujung tiang (qe) dan lekatan (qs). [5]
A. Rumus Daya Dukung Ujung Tiang
qc . A JHF . O
P = ......... ( 1 )
3 5
dimana :
P =
Daya Dukung Tiang
qc
= Nilai Konus
A
= Luas Penampang Tiang
JHF = Nilai
Hambatan Lekat per pias
O
= Keliling Tiang
3 & 5 = Koefisien Keamanan
qe = qc. Kc. Ap ............. ( 2 )
dimana :
qe = Daya
Dukung ujung tiang
qc = Nilai Konus
Kc = Faktor Nilai Konus Ap = Luas penampang ujung tiang
B.Rumus Daya Dukung Lekatan (qs)
qs = .JHp. As ............. ( 3 )
dimana :
qs = Daya Dukung lekatan
JHP = Nilai Hambatan Pelekat
(dari uji Sondir)
As = Selimut tiang
C.Rumus Daya Dukung Batas dan Daya dukung ijin
qult = qe +.qs ............. ( 4 )
Dimana :
qult = Daya Dukung Tanah Ultimit
qe = Daya Dukung Ujung Tiang
qs = Daya Dukung Lekatan
q = qult / Sf ........... ( 5 )
dimana :
q = Daya Dukung ijin tanah
Sf =
Faktor Keamanan biasanya nilainya diambil 3. [5]
III.3. Metode Pelaksanaan Lapangan
A. Pekerjaan Persiapan
1. Persiapan lahan untuk merakit dan mendirikan mesin bor pada titik yang
akan di bor.
2. Pembuatan sumur air bila di dekat lokasi tersebut tidak terdapat air
(untuk pengeboran dengan sistem wash boring).
3. Pengadaan bak sirkulasi (untuk pengeboran dengan sistem wash boring).
4. Pengadaan material
5. Perakitan baja tulangan.
B. Pekerjaan
Pengeboran
Proses pekerjaan pengeboran yaitu:
1.
Setting alat di
titik pertama dan pembuatan bak sirkulasi.
2.
Setelah hal
tersebut sudah siap maka pengeboran di lakukan dengan rotary drilling mata bor sesuai besar lubang yang di
inginkan.
3.
Proses
pengeboran di lakukan dengan memasukkan air dari bak sirkulasi yang di pompa
dengan menggunakan pompa sedot ke dalam watersifel yang di alirkan ke dalam
pipa bor kemudian air akan ke luar pada ujung mata bor, air di gunakan untuk
mempermudah proses pengeboran sebagai pelunak tanah.
4.
Bila lapisan
tanah yang di bor adalah pasir , maka air di ganti dengan cairan bentonite.
5.
Setelah lubang
di bor sesuai dengan design atau mencapai tanah keras maka lubang bor di
bersihkan dari lumpur pekat atau gumpalan – gumpalan tanah dengan menggunakan
tabung pembersih.
6.
Setelah lubang
bersih maka besi tulangan dapat di masukkan ke dalam lubang dengan hati -hati
dan di beri cetakan semen pada setiap sisi tulangan untuk menjaga posisi
tulangan tidak bersentuhan pada dinding tanah.
7.
Kemudian proses
pengecoran beton slump 16 – 18 cm ( sesuai dengan prosedur pengecoran bored
pile) dapat di lakukan dengan terlebih dahulu memasukkan pipa tremi.
Gambar 4: Cara
Pengecoran Bor Pile
C. Pekerjaan
Pengecoran :
Setelah pembersihan lubang bagian akhir selesai, head kombinasi dibuka
dan diganti corong cor yang disambung dengan pipa tremi.
Pengecoran adalah bagian akhir dari pekerjaan bored pile dimana langkah pengecoran awal adalah bagian terpenting dari pekerjaan ini.
1.
Untuk memisahkan adukan
beton dari lumpur bor pada pengecoran awal, digunakan kantong plastik yang
telah diisi adukan beton dan diikat dengan kawat beton yang digantung di bagian
dalam lubang tremi.
2.
Setelah tenaga cor siap,
beton ditampung di dalam corong cor dan ditahan oleh bola-bola beton pada
kantong plastik. Setelah cukup penuh, bola kantong plastik dilepas sehingga
terdorong beton yang ada di dalam lubang tremi. Selanjutnya penuangan beton
dilakukan dengan cepat sehingga cukup untuk mendorong air lumpur bor yang ada
di dalam lubang tremi. Slump adukan beton untuk bored pile tidak boleh terlalu
rendah (minimal 16 cm) sehingga mudah mengalir dan mendorong lumpur yang ada di
dalam lubang bor.
3.
Pengecoran selanjutnya
dilakukan secara kontinyu dan tidak terputus lebih dari 10 menit. Dengan sistem
tremi ini pengecoran dimulai dari dasar lubang dengan mendorong air / lumpur
dari bawah keluar lubang.
4.
Setelah pipa tremi penuh dan
ujung pipa tremie tertanam beton biasanya beton tidak dapat mengalir karena ada
tekanan dari bawah. Untuk memperlancar adukan beton didalam pipa tremi,
dilakukan hentakan hentakan pada pipa tremi. Pipa tremi harus selalu terbenam
dalam adukan beton dan pengisian di dalam corong harus dijaga terus menerus
agar corong tidak kosong.
5.
Pipa tremi dilepas setiap 2
meter dan dilakukan setelah pipa tremi naik ke permukaan lubang lebih dari 2
meter.
6.
Pengecoran dihentikan
setelah adukan beton yang naik ke permukaan telah bersih dari lumpur. Bila
pengecoran dihentikan di bawah permukaan tanah (karena perhitungan adanya
galian tanah), maka tinggi pengecoran minimal harus 0,5 meter di atas level
rencana bagian atas bored pile
(sampai beton pada rencana bagian atas tidak tercampur Lumpur lagi).
7.
Setelah pekerjaan pengecoran selesai, semua peralatan dibersihkan
dari sisa beton dan lumpur dan disiapkan kembali untuk dipakai pada titik bor
berikutnya.[1]
D. Pekerjaan
Test Material :
1.
Semua material yang
digunakan seperti : semen, air, aggregat kasar, agregat halus dan besi beton
dapat ditest di laboratorium untuk memeriksa kualitasnya.
2.
Slump test : pengujian slump biasa
dilakukan untuk mengetahui workability adukan beton yang ada.
3.
Pengujian kubus : test kubus
dengan compressive strength test
biasanya dilakukan pada umur beton 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui mutu beton yang dihasilkan.[1]
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. HASIL
1.
Bored Pile
tunggal dapat digunakan pada tiang kelompok atau tunggal.
2.
Kedalaman tiang dapat bervariasi.
3.
Pada saat pemancangan dilakukan, getaran
dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan disekitarnya.
4.
Proses pemancangan pada tanah lempung
akan membuat tanah bergelombang yang menyebabkan tiang pancang sebelumnya
bergeser ke samping, hal ini tidak terjadi jika menggunakan bored pile.
5.
Dapat melakukan pengeboran
mulai dari diameter 30 cm sampai dengan 100 cm.
6.
Kecepatan pelaksanaan
pekerjaan tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :
- Kondisi lapisan tanah
setempat
- Lokasi kerja
- Kelancaran pasokan material
- Cuaca dll.
IV.2. PEMBAHASAN
1.
Pondasi bored pile lebih ringkas dan praktis dibanding tiang pancang, sehingga
mudah dan murah dalam mobilisasinya.
2.
Mudah dioperasionalkan pada
medan-medan yang sulit seperti :
- Daerah rawa-rawa.
- Di atas sungai dan laut.
- Daerah yang berbukit atau
pegunungan.
3.
Bored pile tidak menimbulkan getaran. Hal ini sangat penting, terutama untuk
pembuatan pondasi di daerah perkotaan yang bangunannya cukup rapat dan tidak
memungkinkan dipakainya tiang pancang.
4.
Karena dasar dari pondasi bored pile dapat diperbesar maka hal ini
dapat memperbesar gaya tahan atau gaya ke atas.
5.
Bored pile
mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap beban lateral.
6.
Pada saat pengeboran dilakukan air tanah akan keluar memenuhi lubang/sumur
sehingga mengurangi daya dukung tanah terhadap tiang, untuk itu air tersebut
harus segera dipompa keluar sumur.
V.
KESIMPULAN
1. Jika gedung pabrik elemen bahan bakar di
bangun di jepara dan pembangunannya bersamaan dengan PLTN kedua jenis pondasi yaitu bored pile dan tiang pancang tersebut dapat digunakan.
2. Jika di serpong maka jenis pondasi bored pile yang paling cocok karena
berada berdekatan dengan gedung RSGLP Serpong karena kalau menggunakan tiang
pancang, getaran dari pemancangan dapat membuat gangguan bahkan keretakan pada
bangunan.
3. Jika pada lokasi Jepara yang lahannya
berawa atau lempung maka sangat disarankan menggunakan pondasi bored pile karena kedalaman pondasi
dapat bervariasi mengikuti kondisi lapangan.
Notes: telah dipublish di majalah Prima Desember 2011