by Hasriyasti Saptowati
ABSTRAK
ANALISA KERETAKAN PADA
GEDUNG 16 PTAPB YANG DIRENOVASI UNTUK NTC. Terdapatnya keretakan yang melampaui batas pada struktur
beton pada gedung 16 dapat menimbulkan bahaya korosi pada tulangan
baja. Bila korosi dibiarkan akan mengurangi kekuatan struktur, untuk itu
dilakukan evaluasi atau analisa keretakan
disertai solusi perbaikan sebelum digunakan sebagai gedung pusat pelatihan
nuklir . Analisa keretakan
berdasarkan peraturan pembebanan untuk gedung
di Indonesia.
Kata kunci : Lebar Retak, Gedung, Korosi,
Kekuatan Struktur.
ABSTRACT
ANALYSIS OF RIFT IN BUILDING 16 PTAPB WITH RENOVATED FOR NTC. The presence of cracks which
exceed the limits on the concrete structure on
the building 16 can pose a danger of corrosion on steel reinforcement. If the corrosion is
left will reduce the structural strength, for it to do an evaluation or
analysis of cracks is accompanied
repair solution before being used
as a nuclear training
center building. Analysis
of cracks under the building based on regulations for the imposition
in Indonesia.
Key
words: Cracks, Building, Corrosion, Strenght Structure.
I.
PENDAHULUAN
Gedung 16 PTAPB Yogyakarta
yang akan digunakan sebagai alternatif disain gedung Pusat Pelatihan Nuklir (Nuclear
Training Centre / NTC) haruslah
dievaluasi kondisi struktur bangunannya. Karena umur gedung yang sudah tua dan
perubahan fungsi dari gedung tersebut mengakibatkan keretakan. Keretakan yang
terjadi pada gedung diakibatkan antara lain karena beban yang bekerja melebihi beban rencana,
adanya beban eksternal yang tidak diperhitungkan dalam perencanaan misalnya
beban gempa.
Pada tulisan ini akan
ditinjau dan dilakukan solusi dari hasil analisa kekuatan struktur gedung akibat
keretakan yang terjadi.
II.
TEORI
Bangunan sejak awal perencanaan, pelaksanaan
hingga masa pakainya berkemungkinan untuk mengalami kerusakan yang diakibatkan
beberapa faktor antara lain: faktor
umur, kondisi tanah, beban angin, gempa, longsor, beban hidup, kualitas
bahan, kualitas perencanaan, kesalahan pelaksanaan, perubahan fungsi dan bentuk
bangunan.
Beton bertulang atau reinforced concrete terdiri dari beton dan baja yang mempunyai
ikatan kuat sehingga membentuk komposit. Dimana beton mempunyai kekuatan yang
besar dalam menahan gaya tekan (compression)
namun lemah dalam menahan gaya tarik. Bagian beton yang menahan gaya tarik akan
diperkuat atau ditahan oleh baja tulangan.
II.1. Faktor Umur Bangunan
Dengan bertambahnya usia bengunan
mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas dan kemampuan untuk menahan beban
dan pengaruh alam atau beban eksternal lainnya.
Gaya yang bekerja seperti momen,
tegangan maupun regangan akan terjadi dan bekerja terus menerus sepanjang usia
banunan. Pengaruh gaya dalam jangka panjang dapat menimbulkan creep. Getaran yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan fatigue terhadap bahan bangunan. Pengaruh gesekan yang
terus menerus juga mengakibatkan aus pada komponen bangunan
II.2. Faktor Kondisi Tanah
Kondisi tanah mempunyai
pengaruh besar terhadap stabilitas bangunan. Penurunan bangunan atau settlement disebabkan pemilihan jenis
pondasi yang tidak sesuai dengan kondisi tanah.[1]
Perubahan
kadar air tanah akibat perubahan musim dan tekanan air tanah yang tinggi dapat
menimbulkan tegangan yang besar pada strukur bawah.
II.3. Faktor Angin
Beban angin dapat
mengakibatkan gaya tekan atau gaya tarik pada bangunan simetris dan gaya puntir
atau torsi pada bangunan asimetris. Makin tinggi bangunan gaya yang ditimbulkan
oleh angin makin besar.
Karena itu perlu
diketahui atau dipelajari perilaku angin disuatu daerah, sehingga dapat
dihitung secara cermat baik bentuk maupun ketinggian bangunan. [5]
II.4. Faktor Gempa
Gempa
yang berbahaya bagi bangunan yaitu gempa yang diakibatkan oleh pergerakan kulit
bumi atau disebut gempa tektonik. Sementara pada saat Merapi meletus
yang berakibat gempa vulkano berdampak pada struktur bangunan gedung 16.
Faktor gempa yang harus diperhitungkan
karena gaya gempa yang akan bekerja mendatar pada setiap elevasi lantai
bangunan disebut dengan gaya lateral. Secara teknis getaran gempa yang sampai
pada bangunan disebut parameter waktu getar (predominant period), kecepatan (velocity)
dan percepatan (acceleration).[5]
Berdasarkan
riwayat kegempaan di Indonesia, maka BMG mengeluarkan peta resiko kegempaan di
seluruh Indonesia seperti dijelaskan pada gambar 1 sampai dengan gambar 4 yang
menerangkan wilayah yang berpotensi gempa maupun tsunami baik yang pernah
terjadi dan yang bepotensi. Besarnya gempa yang pernah terjadi dengan besaran
dalam gravitasi juga diperlihatkan pada gambar 3. [7]
II.5. Faktor Kualitas Bahan
Kualitas akhir dari
suatu bangunan akan sangat ditentukan oleh kualitas dari masing-masing bahan
yang digunakan. Bahan bangunan kualitasnya tergantung dari proses pembentukan
dan komposisi mineral yang dikandungnya. Pemilihan kualitas bangunan yang
dipakai harus ditentukan berdasarkan tujuan penggunaan.
Bangunan industri yang
rentan terhadap zat polutan memerlukan kualitas beton dengan kepadatan yang
tinggi dan bahan semen yang mampu menahan zat reaktif. Untuk itu diperlukan
pemilihan agregat dan kadar air yang tepat untuk mendapatkan kepadatan yang
diperlukan.
II.6. Faktor Perencanaan
Kesalahan
dalam penentuan asumsi-asumsi akan mengakibatkan kerusakan bangunan baik pada
saat pelaksanaan maupun selama masa pakai. Untuk itu diperlukan perhitungan
yang cermat dengan penggunaan program-program yang handal. Kesalahan dalam
memasukkan data data awal akan berakibat fatal.
II.7. Faktor Pelaksanaan
Kesalahan
pelaksanaan terjadi pada waktu pengawasan pelaksanaan pembangunan yang tidak
sesuai dengan aturan dalam KAK dan spesifikasi bahan sesuai perencanaan.
Kesalahan
ini menyebabkan kesalahan pemberian gaya prategang dapat memberikan pengaruh
yang merugikan pada bangunan dengan timbulnya retakan yang mengurangi kemampuan
untuk menerima beban – beban yang bekerja. Walaupun retakan kecil namun dalam
jangka waktu lama akan dipengaruhi udara reaktif sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya proses korosi.
Selain
itu kesalahan – kesalahan lain yang merugikan pada waktu pelaksanaan yaitu :
- Cara pengelasan sambungan -sambungan.
- Pemasangan tulangan atau tulang beton.
- Cara pemasangan dan pengecoran balok dan kolom beton.
- Cara penyambungan pipa.
- Pemasangan bata.
- Proses pengecatan.
- Proses pemlesteran.
II.8. Faktor Fungsi / Bentuk Bangunan
Perubahan
fungsi yang tidak sesuai dengan disain atau perubahan perencanaan awal
misalnya:
- Bangunan perumahan yang dirubah menjadi pertokoan atau bangunan industri.
- Bangunan yang direncanakan 2 tingkat menjadi 3 tingkat.
- Hal ini dapat pula terjadi bila ada perubahan fungsi ruang, misalnya ruang
rapat atau ruang kerja berubah menjadi ruang perpustakaan. Dalam hal ini beban
ruang perpustakaan tidak diperhitungkan dalam perencanaan, perubahan ini
mempengaruhi terhadap beban yang bekerja yang dapat mengakibatkan keretakan
pada balok lantai atau plat lantai.
III. METODOLOGI
III.1. Metode Pemeriksaan
Membuat prosedur dan
langkah-langkah pemeriksaan untuk mengoptimalkan fungsi sesuai dengan kebutuhan
atau rencana yang telah ditetapkan berdasarkan ketahanan setiap komponen bahan
yang digunakan.
Jenis pemeriksaan dan periode ulang pemeriksaan yang
diperlukan ditentukan oleh berat atau ringannya pemeliharaan yang dilakukan.
Untuk itu diperlukan suatu prosedur pemeriksaan agar mencapai sasaran yang
diinginkan sesuai tingkat kerusakan bangunan.
Beberapa metode
pemeriksaan yang tidak merusak (NDT) antara lain: [6]
- Pemeriksaan tulangan atau baja dengan menggunakan radiography, untuk mendeteksi retakan atau mutu pengelasan.
- Pemeriksaan regangan dan lendutan pada baja, dilakukan dengan menggunakan dial gauge atau electric strain gauge digital.
- Pemeriksaan korosi pada baja dengan cara visual, sedangkan untuk tulangan
menggunakan portable corrosion meter.
Besarnya nilai korosi dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 : Tabel
Persyaratan Laju Korosi
< - 200 mV
|
90 % tidak terjadi aktivitas korosi
|
- 200 mV s/d
350 mV
|
Ada dan tidak ada aktivitas korosi ( 50 % & 50 % )
|
> 350 mV
|
90 % terjadi aktivitas korosi
|
- Pengujian kuat tekan dan retakan pada permukaan beton, dengan menggunakan schmid’s hammer test.
- Pengujian kuat tekan beton, dengan menggunakan alat penetrasi windsor probe.
- Pemeriksaan mutu kuat tekan beton dengan menggunakan UPV (ultrasonic pulse velocity). Semakin
cepat pulsa merambat pada beton semakin tinggi kualitas beton tersebut yang
diterangkan pada rumus berikut ini:
V = L / T x 106 .................. ( 1 )
Dimana :
V = kecepatan rambatan pulsa
L = jarak lintasan pengukuran
T = waktu tempuh rambatan
Di dalam
meng-interpretasikan hasil pengukuran kecepatan rambatan gelombang ultrasonic diberikan seperti pada tabel
2 yaitu hubungan antara kecepatan
rambatan gelombang dengan kualitas beton.
Tabel 2 : Tabel Hubungan antara Kecepatan Rambat
Gelombang dengan Kualitas Gelombang.
Longitudinal Pulse
Velocity ( km / dt )
|
Kualitas Beton
|
> 4.5
|
Sangat baik
|
3.5 – 4.5
|
Baik
|
2.0 – 3.5
|
Kurang baik
|
2.0 – 3.0
|
Buruk
|
<2.0
|
Sangat buruk
|
v Pengukuran kuat tekan beton
10.2 R +
223 V - 960
fc’ = ————————————— ........... ( 2 )
10
v Pengukuran kedalaman retakan
T1
h = Lu
( —— )2 - 1 .............. ( 3 )
T2
Dimana :
h = perkiraan ketebalan retakan
L = jarak lintasan
T1 = waktu tempuh melintasi beton yang retak
T2 = waktu tempuh pada beton yang tidak rusak
v Pengukuran penurunan mutu beton
L 1- T1/T2
t = —
( —————— )
............. ( 4
)
2 1+ T1/T2
Dimana :
t = perkiraan
ketebalan retakan
L = jarak
lintasan
T1 = waktu tempuh melintasi beton yang retak
T2 = waktu
tempuh pada beton yang tidak rusak
III.2. Metode Perbaikan
Penyebab
kerusakan yang terjadi pada komponen beton sangatlah luas, sehingga penggunaan
bahan dan metode kerja harus disesuaikan dengan tipe dan jenis kerusakan. Di
bawah diberikan beberapa contoh metode perbaikan. [6]
Tabel 3 : Tabel Prinsip
dan Metode Perbaikan Beton.
NO
|
PRINSIP
|
CONTOH
|
1
|
Terhadap kebocoran
|
- Perendaman permukaan
- Pelaburan permukaan
- Pengisian retakan
|
2
|
Terhadap kelembaban
|
- Perendaman dg dydrophobic
- Pelaburan permukaan
- Membuat perisai pelindung
|
3
|
Restorasi beton
|
- Pelapisan mortar
- Pengecoran beton
- Penyemprotan beton
|
4
|
Perkuatan struktur
|
- Pelapisan dengan penulangan
- Penambahan tulangan
- Pengikatan dengan plat baja
- Injeksi retakan
|
5
|
Peningkatan ketahan fisik
|
- Pelapisan atau Pelaburan
- perendaman
|
6
|
Peningkatan ketahan terhadap kimia
|
- Pelaburan atau pelaburan
|
III.3. Metode Pemeliharaan
Maksud
dari pemeliharaan adalah mempertahankan kualitas suatu bahan atau konstruksi
pada suatu bangunan. Tujuan pemeliharaan untuk mencapai umur pakai dan atau memperpanjang umur bahan atau
konstruksi bangunan sehingga dapat meningkatkan fungsi dan kekuatan.
Penggunaan
bahan yang berkualitas rendah dapat menurunkan umur pakai dan menaikkan biaya
pemeliharaan.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Perbaikan Retakan
- Setelah dilakukan pemeriksaan terdapat beberapa kerusakan baik retak rambut
maupun retak struktur.
- Untuk retakan yang kecil atau disebut retak rambut dapat dilakukan dengan
melakukan injeksi.
- Retak rambut ini terjadi pada bagian dinding bukan struktur.
- Membersihkan retakan dari unsur kontaminasi.
- Celah retak harus ditutupi agar bahan epoxy
tidak bocor dan keluar sebelum berubah menjadi gel.
- Permukaan dapat dilapisi dengan bahan epoxy,
polyester atau bahan lain.
- Pekerjaan injeksi ke dalam retakan dengan perekat epoxy.
IV.2. Pengisian Retakan dengan Grouting
- Bahan campuran grouting dapat
terdiri dari semen-air atau semen-pasir-air tergantung pada lebar retakan.
- Untuk pekerjaan grouting yang
menggunakan pompa mesin, tekanan pada mesin harus dipertahankan atau konstan
bila retak telah terisi agar terjadi penetrasi.
- Bahan grouting kimia terdiri dari dua atau lebih gabungan bahan kimia
seperti uretan, sodium silikat,
acrylomides sehingga terbentuk gel, busa, lapisan padat. Ukuran retak yang
dapat diisi dengan dengan bahan grout
kimia adalah < 0,05 mm. Metode ini dapat digunakan untuk berbagai kondisi
kecuali lembab, waktu pembentukan gel yang lama dapat digunakan pada fraktur
yang kecil. Kekurangan dari metode ini diperlukan ketrampilan yang tinggi dan
kekuatan yang rendah.
IV.3. Perbaikan Retakan dengan Dry
Packing
- Perbaikan ini menggunakan kadar air-semen yang rendah, sehingga
menghasilkan penyusutan rendah, kedap air, kuat dan awet.
- Metode ini menghasilkan lekatan yang baik antara beton yanglama dengan
mortar yang baru.
- Penggunaan metode ini untuk
perbaikan retak mati dan tidak disarankan untuk retak aktif. Sebelum retak
diperbaiki, retak bagian atas harus diperbesar menjadi 25 mm dalamnya.
IV.4. Perbaikan Retakan dengan Pelapisan Permukaan Beton
- Perbaikan dilakukan dengan mengisi permukaan dengan bahan yang tidak
menyusut dan cepat mengering atau mengeras.
- Perbaikan dapat dilakukan dengan cara manual maupun mesin (nozzle).
- Pelapisan menggunakan larutan premix
untuk menyatukan permukaan beton lama dengan campuran mortar yang akan
diberikan.
V. KESIMPULAN
1.
Bahan atau konstruksi akan mengalami penurunan kualitas
sesuai dengan lamanya waktu yang dicapai.
2.
Pemeliharaan harus dilakukan secara terencana dan berkala
sesuai dengan spesifikasi bahan yang dipakai dan disesuaikan dengan kondisi
lingkungan dan iklim yang mempengaruhi selama masa pakai.
3.
Pemilihan spesifikasi mutu bahan dan mutu pelaksanaan
pekerjaan yang tinggi /terbaik, relatif memiliki umur yang lebih panjang atau
minimal mengurangi besarnya kerusakan.
4.
Pekerjaan perbaikan baru dapat dilakukan setelah
diketahui dan dievaluasi dengan tepat penyebab kerusakan konstruksi .
Notes : telah di publish pd Jurnal PKTN edisi Desember 2011
No comments:
Post a Comment